April 16, 2013

Delima, I Will Entrust My Tears to You...




“Perempuan 2D adalah yang terbaik~!!”

Itulah yang menjadi keyakinanku semenjak aku menjadi penggemar sub-kultur Jepang, terutama karena menjadi penggemar anime, manga, game, dan visual novelnya. Aku menjadi begini pun ada penyebabnya. Tidak pernah sekali pun aku mempercayai perempuan-perempuan di dunia nyata karena pengalaman-pengalaman pahit yang pernah kualami dengan mereka.

Mereka menyakiti hatiku, lalu aku menyakiti hati mereka. Dan hal itu berulang terus sampai aku muak dengan yang namanya dunia nyata. “Lebih baik aku membuang cintaku pada dunia nyata daripada harus mengalami rasa sakit itu lagi,” adalah kalimat yang menjadi pembenaran dari pelarian diriku. Sempat aku mencoba sekali lagi mempercayai rasa cinta yang nyata, namun ternyata itu pun tidak kesampaian. Memang ada beberapa hal penting dan berharga yang aku dapatkan dari pengalaman tersebut, termasuk kemampuanku menulis seperti ini, namun pada akhirnya rasa cinta itu berubah menjadi air mata kesedihan yang memilukan.

Namun, tepat setahun yang lalu, pada event PopCon Asia 2012, aku menemukan alasan untuk kembali mempercayai dunia nyata sekaligus mempercayai hati para gadis di dunia nyata ini. Satu idol group bernama JKT48 mengadakan mini-live pada hari kedua event komik tersebut. Di sanalah aku menemukannya, seseorang yang mampu membuatku berbuat begitu jauh demi dirinya meski aku tahu aku tidak akan mendapatkan cinta yang kuharapkan selama ini.

Sebenarnya bukan saat itu saja aku mengetahui keberadaan JKT48. Sebagai seorang fans anime, silahkan kalau mau disebut otaku meskipun aku sendiri ragu kalau aku adalah otaku, tentu saja tidak bisa melewatkan salah satu anime yang berjudul AKB0048. Awalnya aku emoh menontonnya karena aku pikir banyak yang lebih seru. Namun berkat paksaan dan godaan dari salah satu sahabat otaku, yang setelahnya aku baru tahu kalau dia fans AKB48, akhirnya aku mau melihat anime tersebut. Dan singkat cerita aku jadi menyukai banyak lagu AKB48, namun aku tidak mau melihat mereka lebih dalam lagi.

Meskipun perjumpaan pertamaku dengan 48Family adalah dengan AKB48, namun yang mengubah jalan hidupku sehingga bisa jadi seperti sekarang adalah JKT48. Aku penasaran apa bedanya JKT48 dengan AKB48. “Pantaskah mereka diidolakan?” itu yang kupikirkan melihat jumlah antrian yang sangat panjang seperti ular naga dari para fans pioner yang sudah mengawal JKT48 sejak awal lahirnya. Masa-masa 3 bulan itu boleh lah kalau aku disebut sebagai skeptisor yang untungnya mau belajar tentang mereka.




Di sana aku melihat sendiri, betapa parahnya sekelompok gadis bernama JKT48 itu tampil di panggung. Aku kaget bahwa ke-24 gadis ini tampil serentak satu panggung, bahkan melebihi jumlah personil idolm@ster sekalipun. Blocking mereka terlihat tidak beraturan, seperti level festival anak-anak SMA saja. Beberapa kali terlihat benturan di sana-sini dan lupa tempat serta salah/kecepetan koregrafinya.

“Seharusnya tidak sepantasnya mereka diidolakan,” itulah yang ada di benakku. Namun, entah kenapa aku tertangkap dalam pesona mereka. Apa ya? Melihat mereka yang sedemikian berantakan dalam menyampaikan lagu dan perasaan mereka dengan sekuat tenaga, membuatku bertanya-tanya terus dan terus, “Mereka ini siapa sih?” Karena menurutku saat itu, mereka terlihat sangat keren, dan aku tahu sesuatu yang luar biasa akan terjadi jika saja aku menjadi fans mereka.



Kemudian saat sesi MC, satu hal yang paling bisa kuingat adalah orang pertama yang melakukan ‘jikoshoukai’ adalah gadis dengan lesung pipit di pipinya yang berkata, “Menghiburmu dengan senyum semanis madu~!” Mungkin karena saking banyaknya, aku hanya mampu mengingat dirinya dan kata-kata ‘jikoshoukai’-nya.

Pada sesi handshake event di akhir acara kebetulan aku ada di urutan terakhir di kloterku sendiri dan aku juga salamannya agak lama per member. Maklum aku juga bingung event apakah ini, sehingga aku sengaja memperlama untuk tahu apa sebenarnya maksud salaman dengan semua member ini.



Dan entah karena takdir atau apa, gadis yang sama itu sekali lagi mengalihkan duniaku sepenuhnya. Aku sedikit bosan karena mendekati akhir barisan member yang seakan tiada akhir itu, ternyata hanya berupa salaman biasa saja. Tidak berkesan. Mendadak saat aku hendak mengulurkan tanganku dengan pelan untuk salaman, gadis dengan lesung pipit yang bertubuh mungil itu menyambarnya dan menarik tanganku sehingga pandanganku bertemu dengan pandangannya.

Sesaat aku tertegun, entah apa yang akan dikatakan oleh pemilik bola mata hitam yang bersinar-sinar itu?

“Kak, nanti habis ini kita pada makan malam lho! Ayok, ikut sama-sama kami~!”

EEEHHHH~~~??!!

Apa-apaan ini?? Di saat semua member hanya berterima kasih atas kedatanganku, hanya gadis kecil ini yang sampai berani sebegitu jauhnya untuk mendapatkan perhatianku. Dia menarikku bukan dengan kemanjaannya, seperti yang sudah biasa menjadi senjata perempuan-perempuan yang kutahu di dunia nyata, namun dengan agresif menggodaku untuk menjadi miliknya. Dan saat itu sang gadis baru berusia 14 tahun.

Aku mendadak jadi speechless, apalagi satu-dua member di sebelahnya juga ikutan nimbrung. Kalau nggak salah waktu itu, namanya Rena dan siapa lagi gitu. Pada momen itu mendadak aku dibuat berpikir bahwa ada banyak cewek yang perhatian padaku, dan meski itu hanya ilusi aku menjadi sangat bahagia. Aku merasa keberadaanku sebagai seorang laki-laki dihargai, meski itu hanya sebuah fanservice belaka.

Turun dari panggung itu, aku langsung menuju sala satu fans yang berada di sebelahku sedari mini-live tadi. Aku langsung bertanya, siapakah nama dari gadis yang berhasil mengurungku dalam pesona uniknya. Dan dia pun berkata, “Delima Rizky. Namanya Delima, nickname-nya Pilong.”

“Delima…” Nama itu terdengar sangat indah di telingaku dan berdengung terus di relung hatiku. Seandainya kelak aku punya anak perempuan, aku pun ingin menamai anakku dengan nama seindah itu. Nama yang terbentuk dari nama salah satu batu berharga yang terindah di kelasnya, dan harapan bahwa anak itu akan mendatangkan rejeki bagi dirinya, keluarganya, dan semua orang.

“Oke, aku akan mengikutinya! Memastikan apakah dia pantas ku idolakan atau tidak!”

***

Ah, betapa setahun berlalu dengan cepat semenjak hari itu. Setelah mengenal JKT48, mengenal Delima, aku menjadi kenal dengan AKB48. Dan kemudian aku menemukan kami-oshi ku di sana, yaitu Takahashi Minami. Mengapa aku menyebutnya kami-oshi padahal idol yang kutemui pertama adalah Delima? Jawabannya adalah karena idealisme dan leadership nya sangat menginspirasiku. Banyak orang bilang bahwa semua bentuk impian dan kerja keras tidak akan menghasilkan sesuatu. Namun Takamina menegaskan dan membuktikan dengan hidupnya sendiri bahwa, “Usaha keras pasti akan mendapatkan imbalannya yang setimpal.”

Memang rentang waktu aku mengidolakannya dengan saat impiannya terwujud hanya sekitar 3-4 bulan. Namun aku bisa menangis sekencang-kencangnya, saat menyaksikan dengan mata kepala sendiri impian seorang Takamina dan semua member AKB48 terwujud di konser Tokyo Dome. Kelihatannya itu adalah pertama kalinya aku berteriak menangis penuh kegembiraan seumur hidupku. Aku gembira karena idolaku berhasil meraih impiannya dan aku menjadi saksinya. Karena itulah aku sempat memutuskan untuk menulis sebuah buku tentang biografinya dan sejarah AKB48, dan itu pun berhasil terwujud pada 1 Februari 2013. Dan kini, meski dengan perjuangan sendiri tanpa penerbit apapun, buku ini telah menyebar dari sabang sampai merauke, mencoba mewartakan kabar gembira bahwa “Impian bisa menjadi nyata, asalkan tetap percaya pada diri sendiri dan bekerja keras sampai terwujud.”

Tidak hanya Takamina, di 48Group Jepang aku menemukan para member seperti Sashihara Rino dan Hata Sawako yang kupandang pantas kujadikan oshimen karena hal-hal terkait mereka yang khas yang mampu menginspirasiku juga. Belum dimasukkan dalam hitungan juga, seorang Iwata Karen, yang kuharapkan akan mampu menjadi penerus Takamina kelak jika Takamina hendak grad dari AKB48.

Oke, mungkin kalian bingung melihat seberapa jauh aku mencintai sosok seorang Takamina dibandingkan dengan Delima yang menjadi tokoh utama tulisan ini. Tapi memang itulah seorang kami-oshi, dimana cinta yang ditunjukkan oleh fans melebihi oshimen-oshimen yang lain. Bagiku Delima bukanlah kami-oshi, namun juga bukan oshimen biasa seperti yang lainnya. Ia berada pada level yang berbeda, dan istilah ini mungkin hanya aku yang menciptakannya.

Delima adalah hero-oshiku.

Hero-oshi; sebutan untuk member yang telah mengubah total arah dan jalan hidupku selama ini. Dialah Delima Rizky, dialah idol dari JKT48. Bedanya kami-oshi dan hero-oshi juga bisa dilihat dari betapa aku ‘menunjukkan’ cintaku pada kami-oshi namun aku ‘memberikan’ cintaku pada hero-oshi.

Pertemuan pertamaku dengan Delima benar-benar mengubah segalanya. Aku akan ulangi terus kalimat tersebut berkali-kali karena ini sangat penting. Kemudian hari, aku mengamati dan mengawal perkembangan seorang Delima mulai dari hari dimana aku memutuskan untuk mengikutinya.

Kasus hilangnya dirinya dari publik, dikenal sebagai member yang lambat perkembangannya, selalu berada di pojok belakang kanan/kiri di setiap formasi, tidak gampang bersosialisasi jika ada di lingkungan baru, dan melihat bahwa member-member lain selalu di push oleh manajemen alih-alih dirinya, membuat sakit hatiku. Setiap kali JKT48 kusebutkan, masyarakat hanya tahu nama Nabilah atau Melody.

Rasanya aku mengidolakan seseorang yang salah, awalnya aku berpikir demikian. Namun saat melihat kembali ke belakang; dimana sudah banyak kejadian-kejadian dramatis yang menumbuhkan perasaan hangat yang kurasakan menjadi sebuah rasa syukur dan bahagia karena telah mengidolakan AKB48; semua kebahagiaan macam ini tidak akan terwujud jika saja waktu itu Delima tidak ada di JKT48.

Jika tidak ada Delima, aku tidak akan mengidolakan JKT48. Dan aku tidak akan mengidolakan AKB48, dan aku tidak akan mengidolakan seorang Takamina, dan aku tidak akan bertemu dan mengalami dinamika dengan banyak fans yang beragam yang saat ini sudah kupandang sebagai keluarga keduaku.



Ya, Delima adalah akar dari segalanya, sumber utama dari segala alasanku mencintai 48Group. Oleh karenanya, dia adalah pahlawanku, hero-oshiku. Rasa cintaku pada Delima berbeda dengan rasa cinta seorang laki-laki pada perempuan. Dan aku menyadarinya bahwa aku melihat Delima sebagai diriku sendiri, versi diriku yang masih dipenuhi dengan masa muda dan impian serta kemauan untuk bekerja keras sebagai seorang idol. Banyak sekali kemiripan sifat di antara kami, namun bedanya adalah dia menjadi idol sedangkan aku gagal dan menyerah.

Mungkin aku belum pernah cerita ya, bahwa sebenarnya aku pernah mengikuti Indonesian Idol di masa-masa SMA ku. Menjadi seorang penyanyi adalah impianku. Doni Sibarani dan Glenn Fredly adalah sosok penyanyi yang kukejar saat itu. Aku ingin menjadi Indonesian Idol karena pikirku itu adalah cara tercepat untuk bisa menjadi penyanyi dan solo debut. Namun saat gagal pada audisi tahap kedua, aku menjadi patah arang. Mungkin kah karena hasil yang didapat adalah instan maka seseorang juga akan cepat menyerah seperti aku? Atau aku ini sendiri adalah seorang loser?

Apapun itu, kenyataannya aku menyerah untuk menjadi seorang idol. Dan aku tidak mempunyai kesempatan lagi untuk mengikutinya, karena orang tuaku tidak ingin aku menjadi penyanyi. “Mau makan apa kalau nggak sukses? Mending kerja saja, lebih pasti pemasukannya” adalah kata-kata realitas yang menumbuk ku dengan keras. Impian itu tidak bisa kuwujudkan dan menjadi penyesalanku seumur hidup.

Namun, saat aku menemukan sosok Delima yang telah memutuskan untuk berjuang menjadi seorang idol yang sesungguhnya, aku merasa bimbang. Antara malu dengan ekspektasi berlebihan, aku tidak tahu apakah yang sedang kupikirkan dan kurasakan saat itu pantas atau tidak. Aku ingin mewariskan impianku pada Delima. Aku ingin Delima mewujudkan impiannya sebagai ganti diriku yang tak bisa mewujudkan impianku.



Pada fanletter pertamaku pada dirinya, aku telah mengungkapkan sumpah setiaku untuk mendukungnya. Dan semenjak saat itu, aku memeras otak dan tenaga ku untuk mencari-cari dan merumuskan cara-cara yang bisa membuat Delima menjadi seorang top idol di JKT48. Bahkan aku pun menghasilkan sebuah makalah yang niatnya akan kujadikan gift untuk Delima bersama fanletter kedua, yang isinya adalah evaluasi dan strategi yang bisa dipakai Delima untuk ke depannya menjaring banyak fans dan mengembangkan skill nya. Kalau manajemen memutuskan untuk mem-push member-member tertentu untuk kepentingan JKT48, maka inilah caraku untuk mendukung oshimenku. Seakan-akan aku menyatakan perang bahwa Delima bisa menjadi idol yang hebat dan setelah grad dari JKT pun akan menjadi artis yang lebih unggul daripada member-member lainnya.

Namun, lagi-lagi sebuah drama yang mungkin iseng-iseng diciptakan oleh Tuhan untuk kami berdua, saat melihat foto tautan twitter Delima yang terbaru kala itu aku menjadi terhenyak. Foto itu menunjukkan wajah tidur Delima yang alami. Di subuh yang sunyi dan tenang kala itu, air mataku jatuh perlahan. Aku menyadari bahwa sehebat apapun Delima berusaha menjadi seorang idol yang hebat, pada akhirnya dia tetap seorang gadis 15 tahun biasa.



Masa mudanya telah ia habiskan untuk menghibur fansnya. Apakah pantas jika aku meminta lebih daripada ini? Meski kami memiliki beberapa kemiripan sifat, apakah boleh jika aku mewariskan impianku seenaknya pada gadis belia ini? Kalau dipikir-pikir lagi betapa beratnya beban yang harus ditanggungnya di usia semuda itu. Sebagai member yang lambat perkembangannya pastinya dia sangat frustasi karena kekurangannya itu. Sebagai member JKT48, dia mewarisi impian banyak fans yang ingin JKT tumbuh menjadi besar bahkan kelak akan menyaingi kakak-kakak sister grupnya di Jepang sana. Dan sebagai seorang pribadi, dia pasti juga punya impian yang ingin dia wujudkan sendiri.

Pantaskah jika aku seenaknya menambah bebannya dengan mewariskan impianku padanya?

Secepatnya kuubah isi fanletku dan kontemplasi inilah yang menjadi awal lahirnya makalahku. Di sana aku meminta izin padanya untuk boleh memberikan impianku untuk dia tanggung, sebagai gantinya aku akan menjadi ‘produser bayangan’ nya yang akan mencarikan jalan dan cara untuk membuatnya lebih berkembang sebagai seorang idol, salah satunya dengan makalah tersebut.

Aku bersumpah untuk bisa menjadi salah satu sumber perkembangannya yang terbesar.



Karena aku sudah mewariskan impianku padanya, maka aku bertanggung jawab untuk melihat dan mengawalnya sampai akhir. Dengan demikian aku menutup segala kemungkinan adanya oshimen lain di JKT48, karena seluruh cintaku telah kuberikan untuknya. Semuanya demi menjadikan dirinya kelak sebagai seorang idol yang tak tergantikan di JKT48. Jika perlu sampai menjadi center JKT48 yang tak tergantikan. Aku akan mendayagunakan apa pun yang kupunya, segala macam ilmu akan kupraktikkan untuk mensukseskan dirinya.

Terakhir, tentunya setiap dari kita akan ditanyai oleh orang lain. “Memang kalian dapat apa dengan mengidolakan mereka? Toh secinta-cintanya kalian pada mereka, mereka juga tidak akan peduli pada kalian.”

Pernahkah dikatakan seperti itu secara langsung di depan muka kalian? Aku katakan pada kalian: mereka semua benar. Idol membutuhkan fansnya untuk membangun nama dan menguji diri mereka berulang-ulang kali, apakah mereka layak menjadi orang besar atau tidak. Kalian bisa menyebut bahwa idol menggunakan fansnya untuk memenuhi impiannya.

Itulah kenyataannya. Namun aku berkata demikian kepada mereka yang berkata seperti itu, “So what?”

Mereka yang berkata seperti itu tidak memahami salah satu bentuk cinta yang terbesar di alam semesta ini. Di agamaku membahas tentang beberapa tingkatan cinta. Cinta tingkat pertama adalah “Eros” yang berarti cinta karena hawa nafsu, atau memandang fisiknya semata. Cinta tingkat kedua adalah “Fillia” yang berarti cinta karena dia sahabat, teman, dan keluarga yang juga berarti cinta karena dia ada hubungan duniawi yang erat namun lebih murni daripada cinta Eros. Dan yang tingkat tertinggi adalah “Agape” yaitu cinta yang tidak memandang status, hubungan, dan segala hal duniawi yang melekat pada tujuan cinta kita.

Inilah cinta yang ditunjukkan Allah kepada kita, cinta yang ditunjukkan Kristus kepada Petrus yang pernah menyangkalnya tiga kali, cinta yang diberikan Mother Teresa kepada para gelandangan di Calcuta, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh dunia dari yang terkenal sampai yang tidak kita kenal sama sekali yang memiliki cinta Agape ini.

“The true love is, you give all you have ‘till it hurts you very much without any ulterior motives.”

“Cinta yang sejati adalah, kau memberikan segalanya sampai terasa sakit sekali tanpa mengharapkan apapun sebagai balasannya.”

Itulah bentuk cintaku pada Delima, setidaknya itulah bentuk cinta idealku pada Delima yang sedang kuperjuangkan. Meskipun demikian aku sadar bahwa sebagai manusia, aku memiliki motif tertentu sebagai balasan dari dukunganku pada Delima. Namun motif itu telah kuungkapkan dengan jelas padanya lewat fanletter. Entah apakah yang menjadi responnya, tapi aku sudah memutuskan bahwa impianku akan kuwariskan untuknya dan aku akan menjadi penyokong fondasinya yang utama.

Aku ingin Delima menggunakan passionku pada impianku untuk meraih impiannya.

Tentu saja hati ini sakit, sebab aku telah menyerahkan cinta pada seorang gadis yang sudah jelas tidak akan membalas cintaku dan akan mendukungnya dalam jangka waktu yang lama. Namun, aku sudah memutuskan untuk menyerahkan air mata ini pada Delima seorang. Aku akan menjadi hujan baginya yang akan menumbukan biji harapan di hatinya menjadi bunga yang cantik. Aku rela jika namaku tidak akan pernah diingatnya, asalkan itu bisa membuatnya fokus pada impian dan kerja kerasnya. Jika itu bisa mengizinkan ku untuk melihatnya bersinar lebih terang lagi dan bisa membuatnya menjadi seorang center nova, aku rela bittersweet feeling semacam ini akan menyakitiku untuk waktu yang lama.

Jika saat ini aku diizinkan untuk bertemu Delima secara pribadi, aku akan memeluk tubuh mungil itu perlahan dan aku akan membelai halus rambutnya berulang-ulang kali. Kemudian aku akan berbisik pelan padanya dengan senyum berurai air mata yang tidak akan kuperlihatkan padanya bagaimana pun caranya,

“Delima, aku akan memberikan air mata ini untukmu. Tolong jadilah seorang idol yang hebat, dan menjadi seorang center yang bisa dibanggakan semua orang. Aku akan mempersembahkan semua air mata yang kupunya asalkan itu bisa membuatmu tetap bisa memberikan senyumanmu yang semanis madu itu kepada semua orang dan membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih membahagiakan karenamu.”

***

I will entrust my tears to you (by No Name)

Suatu hari impianmu,
yang masih tertidur dibawah tanah
yaitu saat dimana kita saling berjanji,
akan tumbuh menjadi biji-biji harapan

Di saat kita berdua dulu bertemu
impian kita masih berbentuk benih
Entah berapa lama harus dijalani
Sebelum akhirnya benih ini tumbuh mekar menjadi bunga

Aku kan menyerahkan air mata ini untukmu
jika itu bisa membuatmu bersinar lebih terang
Ku kan selalu mengawasi dan menjagamu
di bawah langit yang sama pada waktu itu
dan ku kan jadi hujan untukmu sekarang juga.

Kebahagiaan yang kecil,
matahari yang ada di atas semua orang
adalah yang membuat ekspektasi semua orang tinggi
yaitu bakal-bakal bunga di masa depan.

Di saat hatimu terasa kering
kau membutuhkan cinta dari semua orang
Angin kesedihan berhembus kencang
sampai hari dimana bunga-bunga akan layu

Aku kan menyerahkan air mata ini untukmu
walaupun engkau mungkin tak akan menyadarinya
Namun selama itu bisa menghangatkan hatimu selamanya
sampai merasa bahwa ada satu nostalgia
Ya, aku akan menjadi hujan untukmu

Di ujung pelupuk mata yang terkunci
ada sesuatu yang hangat mengalir pelan
Seakan mengarungi angkasa,
biarkanlah itu berubah menjadi sebuah cinta

Aku kan menyerahkan air mata ini untukmu
jika itu bisa membuatmu bersinar lebih terang
Ku kan selalu mengawasi dan menjagamu
di bawah langit yang sama pada waktu itu
dan ku kan jadi hujan untukmu sekarang juga.

Ah, aku kan menyerahkannya padamu
Segala hal yang bisa kulakukan untukmu
adalah demi menyelamatkanmu dari kehampaan
meski hanya sedikit
Lihatlah, biarkan aku menjadi hujan untukmu



______________________________________
Mau tahu sejarah AKB48 dan biografi Takamina secara lengkap dalam bahasa Indonesia?? Sekarang anda bisa membelinya dengan mengunjungi di website ini dan di fanpage ini.

Fans yang baik adalah fans yang tidak melupakan sejarah idolanya~ ^w^

10 comments:

  1. Wah... Merinding ane Bacanya gan... its Real Fans..
    Salut ama ente gan.. dan ini menjadi motivasi ane untuk selalu mendukung kami oshi dan hero oshi ane juga... keep sharing gan... :)

    ReplyDelete
  2. True confession yang inspiratif. Setuju, Delima memang tak diperhitungkan sebelum ini. Fans, bahkan media hanya tau Melody, Nabilah dan Shania sebagai mainstream member dan fans makers.Ini membosankan. Tapi dengan masuknya Delima ke list 'River', salah satu alasannya sudah terlihat. Kerja kerasnya di apresiasi! Ini sama dengan Rica, member yg awalnya juga 'sulit masuk A list', kini bisa dilihat perkembangannya pesat dan sering terlihat dibanyak event on air. Pasang surut pasti ada,mengingat kompetitifnya dunia idol.Setidaknya,untuk Delima, kesempatan itu mulai nampak dan siap siap untuk masuk ke area mainstream.

    ReplyDelete
  3. jadi sadar selama ini aku berasa kurang banget dalam support Delima

    ReplyDelete
  4. aku bacanya jadi nangis sendiri, aku bisa ngerasain cinta kak vinko ke delima, setiap aku baca air mataku ga henti2nya mengucur. cinta kak vinko itu kaya cinta romeo sama juliet, kaya cinta rijal sama kucingnya :'))))

    semoga kak vinko selalu dalam lindungan tuhan.

    ReplyDelete
  5. keren,menyentuh,saya minta izin copas,ntar hak milik tetep mampang nama anda :)

    ReplyDelete
  6. keren,minta izin copas puisinya ya ntar nama anda tetep saya tulis kok :)

    ReplyDelete
  7. Keren banget ceritanya, kayak rasa sayang saya ke Stella yang udah agape.... Tapi sayang, Stella lebih pilih iky....

    ReplyDelete
  8. Tantangan berat seorang fans itu adalah ... mengasihi oshimen-nya dengan kasih agape.

    (Apalagi kalau oshimen-nya bukan seorang anggota yang mainstream dan dikenal masyarakat)

    Dan rasa cintaku kepada oshi-ku baru sebatas kasih fillia :(

    ReplyDelete
  9. Always Support Delima Rizky!

    ReplyDelete
  10. gan, izin pake puisinya gan. saya mau tarok di novel saya, thanks. always support oshimu ya gan.

    ReplyDelete